Tuesday 17 January 2017

Nggak Perlu Meninggi Untuk Jadi Tinggi

17 Januari 2017,







Jaman sekarang, banyak banget orang yang lebih mengutamakan gengsi. Gue mikir, kenapa sih harus ada gengsi? Gengsi itu cuma mempersulit keadaan aja, menurut gue. Gue sering ketemu sama orang-orang yang.... ya, bisa dibilang agak meninggi untuk membuat status sosial yang tinggi. I mean, segitu diperlukannya kah status sosial yang tinggi itu? Segitu pentingnya kah untuk diakui sebagai sosialita?

Menurut gue, nggak harus meninggi untuk dibilang tinggi. Toh, orang lain kok yang bisa menilai mana yang benar-benar tinggi dan mana yang sok tinggi. Meninggi? Menurut gue itu cuma nunjukkin kalau orang itu rendah. Orang yang udah tinggi nggak perlu meninggi, kan?

Sebenarnya, hidup ini tuh gampang kalau nggak kemakan gengsi. Tapi banyak orang yang ingin terlihat wah dengan alasan gengsi. Padahal, nggak perlu kok bilang lo punya mobil mewah, lo punya rumah mewah, lo kuliah di tempat mewah. Menurut gue, itu nggak penting. Kalau lo memang hidup mewah, orang akan tau dengan sendirinya. Ada juga yang lebih parah, yaitu berbohong tentang keadaan. Misal, dia bilang dia punya banyak duit, banyak cowok yang deketin dia, dia kuliah di tempat mewah kayak SGU or UPH. Tapi kenyataannya? Nol besar. Dia nggak punya banyak duit, cowok yang deketin juga nggak banyak, tempat kuliahnya juga nggak semewah itu. Gue mikir, buat apa ngaku-ngaku kayak gitu? Orang yang benar-benar mampu, nggak akan sesumbar bilang yang berlebihan tentang hidupnya. Kalau alasannya, karena gengsi atau mau diakui, coba mikir lagi aja. Kalau biar diakui aja caranya kayak gitu, emang yakin bisa dapat teman yang tulus? Yakin orang-orang yang kenal kamu, akan mengakui kemewahan itu juga? Malu lho, kalau ternyata ketahuan semua itu cuma wacana.

Menurut gue, untuk diakui di masyarakat tuh nggak perlu pamer kemewahan atau sok meninggi seakan lo punya pulau pribadi. Cukup jadi orang baik, orang yang bisa menghormati dan menghargai orang lain, itu udah cukup diakui kok. Bahkan, hal itu lebih berkelas dibanding harus pamer barang mewah dan segala macemnya. Nggak perlu memaksakan keadaan supaya terlihat wah

Gue bukan mau nyindir satu pihak. Gue cuma mau mengutarakan opini gue aja. Karena apa? Karena yang gue lihat, semakin kesini semakin orang menganggap kalau status sosial itu penting. Padahal, hidup nggak semata-mata tentang status soial. Kata "sosialita" aja, sebenarnya punya arti yang lebih luas lagi. Sosialita itu bukan cuma semata-mata dilihat sebagai kalangan mewah. Namanya aja sosialita, dari kata sosial, artinya orang-orang dari kalangan itu juga  punya kontribusi yang besar untuk masyarakat sosial. Istilahnya, nggak lupa sama keadaan sosial di sekitarnya. Bukan cuma sekedar pamer kemewahan aja.

So, hidup seadanya sesuai kemampuan akan lebih baik dibanding harus meninggi. Orang yang benar-benar tinggi nggak perlu meninggi supaya terlihat tinggi. Akan lebih baik kalau hidup sesuai kemampuan, jadi nggak harus dituntut oleh gaya hidup. Kalau ngikutin gaya hidup, nggak akan ada habisnya. Yang ada malah capek sendiri, karena gaya hidup akan semakin meninggi.

Thursday 12 January 2017

Senakalnya Cowok Akan Pilih Cewek Baik: Yes or No?

13 Januari 2017,








Sebelumnya gue mau cerita dulu, kemarin itu hari ulang tahunnya Juno yang ke 24. Gue selalu sedih kalau ingat ulang tahunnya dia. 12 Januari 2015 itu ternyata adalah ulang tahun terakhirnya, yang dirayain bareng gue. I gave him fail surprise party, karena gue kesiangan. Dan salah satu yang bikin gue sedih juga, ternyata dua tahun lalu adalah tahun terakhir gue ketemu dia. Padahal harusnya tahun ini adalah tahun kepulangan dia stelah 2 tahun kuliah S2 di GermanSome people ask, do you still love Juno? And I said yes. I do still love him very much, but life must go on. I have to move on. I have to enjoy my life, my happiness as he used to said few years ago. So now, I'll say happy birthday to my loveliest guy ever!

Gue selalu percaya dengan pepatah yang mengatakan: "Senakal-nakalnya cowok, pasti akan pilih cewek baik untuk jadi pendamping hidupnya"

Menurut gue, it's so fuckin true. Gue sering nanya ke teman cowok gue tentang hal ini, dan mereka mengiyakan. They said they need a good girl to bring their good life. Gue juga sering nanya sama teman gue, "emang cowok tuh rata-rata cari cewek buat "gituan" doang ya?"

They said no. Mereka cari cewek yang seperti itu hanya untuk fun, yang intinya sih bukan untuk serius. Tapi kalau untuk pendamping hidup, mereka pasti cewek baik-baik. Kalian bisa bayangin nggak? Cowok nakal aja pilihnya cewek baik-baik, apalagi cowok baik? Mereka pasti pilih cewek baik-baik juga. Kalaupun ada cewek nggak baik yang mereka pilih, mereka pasti nemuin kebaikan terpendam itu yang nggak bisa dilihat orang. Tapi kan, some people cuma bisa judge dari luar aja. Beberapa orang cuma menilai baik atau buruknya seseorang cuma dari penampilan dan attitude. That's why we need to be good to everything. Whay did I say everything? Karena baik itu nggak cuma buat manusia, tapi juga buat hewan, tumbuhan, dan semua makhluk yang ada di dunia. Disini intinya, attitude itu penting.

Ada juga pepatah yang bilang kalau jodoh adalah cerminan diri. Sekarang gini, banyak orang ngeluh kenapa cowok/ceweknya nggak sebaik yang dia inginkan, nggak sebaik yang dibayangkan, dan lain-lain. Pertanyaan gue adalah, lo udah berusaha jadi lebih baik belum? Lo udah berusaha memperbaiki diri belum? Kalau belum bisa memperbaiki diri, kenapa harus nuntut banyak sama pasangan? 

Gue nulis ini bukan mau nyindir atau ngejudge satu pihak, tapi karena gue kepikiran aja tentang jodoh. Kemarin gue baru ketemu teman gue, dan gue ngobrol banyak sama dia. Dia bilang, dia itu paling nggak bisa percaya sama dua tipe cowok. Yang pertama, cowok clubbing. Sebenarnya nggak semua cowok clubbing itu bad boy, tapi yaa... mostly memang begitu.Yang kedua, cowok yang suka tebar pesona. Kalau ini sih, gue juga anti. Yang gue tangkap dari obrolan kita adalah, pandangan seseorang terhadap kita itu ternyata penting. Well, kayak gue bilang, kalau kita nilai seseorang pasti yang pertama dari sikapnya dan apa yang dilihat diluarnya. Diluarnya tuh maksudnya, apa yang bisa dilihat dari orang itu sekilas

Pada dasarnya, seseorang yang akan dijadikan pasangan pasti dinilai dari satu kebaikannya dulu, baru setelah itu kita bisa kenal dia lebih dalam. Tapi yang bikin seseorang tertarik, pasti karena hal positif yang ada di dirinya. Kalau ada yang tanya,"tapi nggak semua cewek yang ngomong kasar itu nggak baik, kan?" Jawaban gue, iya. Orang yang omongannya kasar atau sikapnya kasar memang belum tentu nggak baik, tapi ya nggak munafik juga kalau orang-orang biasanya menilai seseorang dari luarnya dulu. Tapi terkadang, first impression itu berpengaruh. Contohnya kayak awkarin, dia sering ngomong kasar dan orang-orang menilainya dia nggak baik. Padahal, belum tentu juga hatinya nggak sekasar kata-katanya. Nah, itu yang gue maksud, 

So, selama ini gue selalu percaya kalau setiap orang akan pilih cewek atau cowok baik untuk pendamping hidupnya. Mereka menginginkan sosok ibu atau ayah baik untuk anak-anaknya, yang bisa jadi contoh yang baik juga untuk anak-anaknya. Dan untuk dapat pendamping yang baik, ya kita juga harus jadi baik. Gue percaya kebaikan itu bisa membawa hal positif, termasuk jodoh. So, if you want to get a good boy, you neet to be good girl too

Thursday 8 December 2016

Drugs

8 Desember 2016,





Hello thereeee! Udah lama bangetttt nggak nulis blog. Terakhir itu tanggal 27 April, which is udah setengah tahunan gue absen dari blog ini. I'm so sorry about that... karena kemarin-kemarin tuh lagi sibuk (main), dan ngurusin rencana bisnis gue. Well, I finally try to be an entrepreneur. I don't know why, but... ngerasa aja kalau passion gue sebenarnya tuh di bisnis dan nulis. So, I'll try this.

Jadi, tadi siang tuh hujan nggak berhenti-berhenti di Kemang. Mau keluar, hujan. Dirumah aja, bosen. So, gue nonton Youtube aja saking nggak ada kerjaannya. Ada satu video yang lagi viral sekarang-sekarang ini, yaitu video clipnya Awkarin - Candu. Sebelumnya gue nggak pernah ngikutin selebgram yang satu itu sih, tapi video clipnya kali ini menarik, because.... so many reaction to her video. Setelah nonton itu, gue ngerasa agak prihatin sama negri ini. Yang gue lihat sekarang tuh, seolah nggak ada tempat yang aman buat anak-anak generasi kita yang masih dibawah umur. Coba bayangin, nonton TV? Sekarang kebanyakan adegan dewasa (about love, bullying and else). Internet? Menurut gue malah lebih parah. Kenapa? Sekarang aja, bahan bercandaan di IG itu rata-rata kontennya dewasa. Di Youtube juga nggak kalah banyak konten yang nggak seharusnya dilihat, kayak VLOG nggak jelas pakai kata-kata kasar dan lainnya. Ya, tapi banyak juga sih konten video yang bermanfaat
 
Oh ya, about Awkarin's music video.... yang gue lihat disitu dia pakai LSD atau seringnya disebut Lucy in The Sky with Diamonds. Sebenarnya mungkin itu bukan LSD, tapi NBOMe. Gambarnya sih bagus, tapi kontennya itu lho. They said it's an art, tapi menurut gue bukan art. Yang namanya seni itu, hal yang dihasilkan bentuknya positif. Itu menurut gue. They said that's the way to express, tapi buat gue itu salah. Karena apa? Karena dimanapun dan apapun selalu punya aturan. Bahkan di jalan sekalipun punya aturan, apalagi di social media yang notabene dilihat banyak orang? I'm not her hater, tapi... agak miris aja

I'll talk about drugs. Gue nggak mau komentar banyak about her video. Gue mau cerita aja soal LSD, NBOMe, drugs....

Kalian pernah dengar LSD nggak sih? Ya, kebanyakan LSD itu dipakai untuk psikoterapis. LSD itu memberikan efek halusinasi, karena sifatnya yang halusinogen. Jadi, kalau pakai LSD ini katanya bakalan senang, tenang, damai gitu deh bawaannya. Efeknya itu disebut tripping, karena menggambarkan perjalanan si pemakainya selama berhalusinasi ituBentuknya kayak perangko, kertas yang penggunaannya dimasukin ke mulut. Efeknya nggak terlalu bahaya, dan nggak adiktif. Beda sama NBOMe yang dosisnya lebih tinggi, efeknya juga lebih parah. NBOMe bentunya juga sama kayak LSD, kertas kayak perangko. Cara pakainya juga sama, bedanya cuma di efek yang dikasih selama halusinasi itu. Kalau LSD kasih efek tenang, NBOMe justru ngasih efek yang... hmm apa ya istilahnya? Intinya, kayak begajulan gitu lah. Kalau lagi tripping, NBOMe ini bikin penggunanya jadi gelisah, nggak tenang, begajulan... dan intinya efek halusinasinya lebih parah. Biasanya berlangsung 4 - 6 jam (katanya). Gue khawatir, sekarang ini banyak dijual (yang katanya) LSD di instagram or dimana-mana.dengan harga yang beragam. Dari 100 ribu sampai 300 ribuan / blotter. They said it's LSD, tapi gue meragukan. Makanya banyak juga yang salah kaprah antara LSD dan NBOMe. NBOMe juga bisa menyebabkan kematian lho kalau dosisnya berlebih dan penggunanya nggak kuat. Banyak juga kan, kasus kematian karena NBOme? Nah, mulai sekarang hati-hati guyss!

Gue punya sedikit cerita tentang drugs. Dulu, gue pernah dekat sama pengguna narkoba. Dekat disini maksudnya bukan pacaran lho, tapi teman dekat. Awalnya gue nggak tau kalau dia itu pengguna narkoba, untill one day gue jalan bareng sama dia dan dia gelisah. Dia kayak kedinginan gitu, dan keringetan. Gue pegang tangannya, dan tangannya keringetan banget. Gue khawatir, gue pikir dia sakit. Sampai rumah, gue cerita ke salah satu temen gue, sahabat gue yang satu kampus sama dia. Teman gue bilang, "lo jangan deket-deket sama si A, dia tuh make." Gue awalnya nggak percaya, tapi gue penasaran dan akhirnya gue searching google about drugs. Apa yang gue dapetin di riset itu sama kayak apa yang gue lihat faktanya. Setelah gue pancing, dia baru mau jujur kalau dia memang pemakai. Dia pakai sabu. Nah, dari sanalah gue belajar banyak tentang drugsGue sempat dilema, gue tetap dekat sama dia atau gue jauhin dia? Gue tahu resikonya besar buat stay close to this boy, tapi kemudian gue mikir lagi. Dia punya alasan buat pakai benda haram itu, dan dia pakai karena dia butuh. I thought he just need something to make him survive. Ya, survive dari keterpurukannya atau apalah. Kalau gue ngejauh dari dia, itu malah bikin kondisinya tambah buruk. Dia akan mikir kalau dirinya memang benar-benar tidak diinginkan, dan dikucilkan. Itu terlalu jahat buat dia. Menurut dia, dunia ini udah jahat dan akan tambah jahat kalau kita malah menjauh dari dia. Mereka cuma butuh perhatian lebih kok, nggak lain. Gue nemenin dia di masa-masa terpuruknya, bahkan gue juga pernah liat waktu dia sakau. Dan itu kelihatan banget nyiksa dia, bener-bener nyiksa. Narkoba itu emang jahat banget. Gue pernah tanya apa yang dia rasain, dan dia bilang kalau dia cuma ngerasa kalau dia tuh butuh. Ya, dia butuh barang itu, kayak seolah dia akan mati tanpa benda itu. Dan semakin dia butuh, semakin dia mau nambahin dosisnya. Itu nggak bagus. Kalau dia terus-terusan nambahin dosisnya  dan dia nggak kuat, nyawa bisa melayang. Itu jahatnya narkoba. Dia bikin penggunanya ngerasa butuh, seolah mati tanpa dia, tapi sebenarnya justru dialah yang bisa mematikan penggunanya

Buat survive dari narkoba itu nggak gampang. Harus ngerasain sakit yang super kalau mau lepas dari drugs. Kenapa sakitnya super? Karena kayak gue bilang diatas, narkoba itu bikin si penggunanya ngerasa butuh. Kalau nggak dapetin si benda haram ini, mereka tuh kesakitan, lemes, gelisah, dll. Gue nggak tau persis yang mereka rasain, tapi katanya sih sakit. Waktu itu, gue berusaha bantu dia keluar dari zona hitamnya. Gue pernah suruh dia ganti pakai permen tapi nggak ampuh, dan gue juga sadar sih kalau itu cukup konyol. Kalau berhenti ngerokok sih mungkin emang bisa pakai permen, tapi narkoba susah ya shayyy? Gue akhirnya googling terus, cara berhenti dari narkoba. Semua cara gue coba buat dia, sampai gue suruh dia coba minum susu beruang. Dia nurut, tapi seelah itu dia langsung lemes. Dan.... gagal. Lagi-lagi dia nggak bisa lepasin. Puncaknya, waktu gue bilang gue give up mau bantu dia. Gue sempat khawatir dia bakalan lebih parah, tapi ternyata gue salah. Dia coba minum susu itu lagi, dan lemes lagi, tapi.... dia berusaha lawan suggst lemesnya itu. Dia kuat-kuatin sampai lama-lama dia bisa. Dia juga rajin olah raga, dan yang paling penting, dia terus kuatin mentalnya buat nggak nyentuh barang itu lagi

Alhamdulillah, sekarang dia bisa lepas. Ya, I wish sih dia bener-bener udah lepas dan nggak kumat-kumatan lagi. Sekarang dia lagi ngejar mimpinya di entah di pulau apa. Iya, dia kerjaannya pindah-pindah pulau terus. Dan gue? Gue bangga banget pernah temenin dia di masa-masa kelamnya. Gue bangga banget bisa lihat dia yang tadinya bukan apa-apa, sekarang jadi luar biasa

Pada intinya, semua orang yang mau berhenti dari narkoba pasti bisa. Tergantung gimana kemauan mereka aja. Kalau mereka kuat mental, gue yakin pasti bisa. Kalau mereka punya motivasi kuat buat berhenti, pasti ada jalannya. Dan kita, nggak ada salahnya kalau kita tetap berteman sama mereka. They are human, dan mereka cuma butuh perhatian. Kalau kita menjauh justru malah bikin mereka tambah terpuruk, it isn't fair anyway. Tapi ya, kita juga harus kuat mental buat nggak ikut-ikutan pakai benda haram. Kita harus bisa ngendaliin diri. Wuuh!! Harusnya punya self control yang tinggi

Well, narkoba apapun bentuknya itu memang nggak ada yang bagus. Semua narkoba itu jahat, membunuh, mematikan. Kalau mau aman, jangan coba-coba pakai. Zatnya adiktif, sekali pakai pasti susah lepasnya. Jadi kalau mau aman, jangan pernah sentuh. Narkoba itu nggak bikin masalah lo selesai, yang ada malah nambah masalahNarkoba nggak bisa bikin hidup lo berubah. Ya, berubah jadi lebih buruh sih mungkin

Wednesday 27 April 2016

Mendidik Tak Sekedar Mengajar

27 April 2016,




"Dek, kalau nanti kamu udah kerja jangan lupa gajinya disisihin buat Aa dan Bu Tuti tiap bulannya ya," kata Mama gue tadi sore. Eh, tadi petang deng

Aa itu guru ngaji gue waktu kecil. Sebenarnya beliau biasa dipanggil Umi sih, tapi entah kenapa dari kecil sampai sekarang gue panggil beliau Aa. Hmm mungkin bisa dibilang itu panggilan sayang gue buat guru ngaji gue ituDari gue umur 2 or 3 tahun, gue diajarin ngaji sama beliau sampai gue kelas 6 SD (kalo nggak salah). Nah, karena beliau gue bisa baca Al Qur'an, gue bisa tau tentang agama dan segala macamnya. Sedangkan Ibu Tuti adalah guru TK gue. Sebenarnya beliau juga masih saudara gue sih, saudara jauh. Nah, karena beliau lah gue bisa baca, nulis, ngerti huruf, angka dan segala macamnya. Gue ingat banget dulu Bu Tuti sering bilangin gue pas istirahat, "Sarah, mainnya jangan jauh-jauh ya."

Hahaha! Mungkin waktu kecil gue terbilang nakal kali ya, jadinya suka diingetin buat nggak main jauh-jauh. So, dibilang kayak gitu sama nyokap gue, gue jadi ingat jasa mereka. Sebelumnya gue biasa aja. Ketemu ya cium tangan, hormat... tapi biasa aja. Dan tadi nyokap gue pesan kayak gitu, bikin gue mikir kalau gue selama ini memang nggak pernah bahkan hampir lupa sama jasa mereka. Jasa orang yang bikin gue bisa baca, nulis, berhitung, baca Al Qur'an, tulis huruf hijaiyah dan segala macemnya. Gue selalu ingat sama Bu Lisa ( guru private matematika jaman SMA) dan Miss Indah (guru les Bahasa Inggris). Dan sekarang gue berpikir, kenapa cuma mereka aja yang gue ingat jasanya? Ada guru yang jasanya lebih besar dan tanggung jawabnya pun sangat besar, yaitu guru ngaji gue dan guru TK gue

Gue akuin, gue ini tipe orang yang gampang sayang sama orang lain. Sama teman, bahkan sama guru-guru gue, asisten rumah tangga pun. Gue memang begitu, gampang sayang sama orang :" (dan gampang sakit hatinya). My mom is a teacher. Nyokap gue itu seorang guru SD di salah satu SD swasta, dan merangkap jadi guru private. Gue selalu kasihan sama nyokap gue karena capek-capek kerja, berangkat pagi, pulang malam bahkan kadang sampai harus begadang bikin kurikulum, kisi-kisi, dan segala macamnya. Gue suka kasihan, tapi nyokap gue nggak pernah merasa capek. I'm proud of my mom

Kalau ngomongin masalah gaji, gaji guru sekarang berapa sih? Nggak sebesar kerja di kantor, kan? But my mom doesn't see it. Kalau nyokap gue nggak kerja pun, bokap gue masih sangat amat mampu untuk biayain keluarga. Tapi apa? Nyokap gue menjalani pekerjaannya dengan sangat senang hati, dan tanpa lihat materi. Kalau boleh jujur, gue udah sering banget bilang ke nyokap gue, "Mah, buat apa sih kerja capek-capek? Kerja dari pagi sampai siang buat uang yang nggak seberapa? Lebih enak di rumah, temenin aku di rumah." 

Tapi coba tebak nyokap gue bilang apa?

"Dek, jadi guru itu bukan masalah gaji, tapi panggilan hati. Jadi guru itu bukan sekedar mengajar, tapi juga mendidik dan membentuk pribadi yang baik."

Nyokap gue selalu keras kepala mau jadi guru. Dia senang melihat anak muridnya jadi pintar, jadi punya ilmu. Yang nyokap gue harapkan dari anak muridnya cuma satu, jadi anak yang punya ilmu. Gue punya sedikit cerita, dan kalau ingat cerita ini gue terharu banget sih. Jadi, nyokap gue punya anak didik buat belajar private. Umurnya satu tahun di bawah gue, namanya Andri (cewek). Mama ngajarin Andri sejak Andri masih umur lima tahun, dan berhenti saat Andri lulus SMA. Hari terakhir Mama ngajarin Andri, Mama pulang-pulang nangis. Gue tanya dong, "Kenapa, mah?". Gue takut ada yang jahatin nyokap gue. Tapi nyokap gue bilang, nyokap gue sedih karena merasa kehilangan anak didiknya. And fyi, nyokap gue bilang kalau anak didiknya itu juga nangis dan ngebuat nyokap gue tambah sedih. Dulu gue beberapa kali ikut nyokap gue ngajar private di rumahnya, dan sempat main bareng. Anaknya emang baik banget, dan dia hormat banget sama nyokap gue sampai saat ini. Sekarang dia kuliah di Unpad dan lagi buat thesis, nyokap gue suka nanyain kabarnya dan begitupun sebaliknya. Mungkin bisa dibilang, dia murid kesayangan nyokap gue. Mungkin bisa dibilang juga, nyokap gue udah berhasil ngebentuk karakter baiknya dia. Ya, tentunya juga karena orang tuanya baik sih

I want to say.... bahwa mendidik itu bukan sekedar mengajar. Persis kayak apa yang dibilang nyokap gue. Menjadi seorang guru itu, bukan hanya sekedar ngajarin A, B, 1, 2, 3, alif, ba, ta, tsa.... dan sebagainya. Guru itu punya tanggung jawab lebih selain mencerdaskan generasi selanjutnya, yaitu membentuk akhlak dan pribadi yang baik. Pribadi yang seharusnya. Kalau mengharapkan gaji besar, jangan jadi guru. Yaa, bisa sih dapat gaji besar tapi harus dengan berbagai syarat. Jadi PNS, lulus sertifikasi, dan lainnya. Kalau udah dapat itu semua, yaa dapat tunjangan or uang lebih juga. Tapi buat dapat hal itu nggak gampang, harus punya pengalaman mengajar dan segala macamnya. Tapi yang terpenting, guru itu selalu dipandang orang lain. Guru itu selalu terpandang atas jasanya. Kenapa kemarin gue bilang kalau gue suka sinisin mahasiswa yang ribut di kelas? Itu karena gue sangat amat menghormati guru. My mom is a teacher, so I know what teacher feels about. Tujuan mereka nggak banyak. Mereka pun nggak mengharap banyak, cuma mau anak didiknya mengerti. Gue selalu kagum sama seorang guru, karena jasanya besar banget, tanggung jawabnya besar, tapi nggak mengharapkan imbalan yang banyak dalam segi materi. And I think, naluri mendidik nyokap gue ada di diri gue. Entah kenapa gue selalu ada hasrat buat mendidik dan mengajar anak-anak. Fyi, gue pernah jadi guru TK waktu liburan UN jaman SMA yang lamaaaa banget. Dan gue akuin memang susah banget buat menghandle semua anak-anak, apalagi usianya baru sekitar 5 - 6 tahunan yang masih senang main. But I'm happy. Gue senang lihat anak-anak kecil bahagia, ketawa, main bareng. gue senang saat mereka mau nurut kata-kata gurunya, meskipun harus penuh dengan kesabaran. Gue senang saat ada yang minta ditemenin karena belum dijemputGue senang kalau ada yang bilang, "Bu guru, si ini nakal", "Bu guru itu namanya apa?", Bu guru ini gimana cara buatnya?" 

Hahaha! Gue senang ngerasain itu semua. Meskipun capek dan harus banyak sabar, tapi ngelihat anak-anak kecil tuh rasanya tentram aja. Ketawa mereka tulus. Kata-kata mereka pun masih polos. Senang aja lihatnya. Dan yang paling penting, saat mereka sudah mulai bisa membaca bahkan satu kata aja, itu rasanya bahagia. Kayak kerja keras lo terbayar, dan termotivasi buat bikin anak-anak itu menjadi lebih cerdas

Well, kalau kata nyokap gue sih jangan pernah mengharapkan gaji besar kalau jadi guru. Menjadi guru itu panggilan hati, punya tanggung jawab besar untuk membentuk pribadi yang bermanfaat, yang baik dan berguna untuk semua orang dan bahkan Bangsa. Besar banget, kan? Guru itu contoh untuk murid-muridnya. Jadi, kalau gurunya salah, muridnya ikut salah. That's why seorang guru itu punya tanggung jawab yang besar. So, coba ingat-ingat lagi siapa sih guru pertama kalian? Siapa sih yang selama ini pernah ngajarin kalian? Siapa sih orang yang bikin kalian bisa baca tulis dan berhitung? Kalau masih ingat, coba masukkan namanya kalau kalian sedang berdoa. Jasa mereka besar loh. Kalau nggak ingat nama, pasti masih ingat juga kan sosoknya? Coba di doain juga. Mereka punya jasa yang sangat amat besar sampai kita sekarang bisa kayak gini dan sepintar ini. So, jangan pernah lupain jasa guru kalian ya, karena mereka bukan hanya membuat kita pintar, tapi juga mendidik untuk menjadi pribadi yang baik.

Monday 25 April 2016

Pentingnya Menghargai Orang Lain

25 April 2016,




Banyak orang bilang kalau generasi sekarang ini adalah generasi yang sulit bilang maaf. Yap! Dengan kata lain, kalau ada salah malah dibilang baper bukannya minta maaf. Gue setuju sih dengan statement itu, tapi gue nggak setuju kalau kita salah dan justru bilang baper bukannya minta maaf. Manusia adalah makhluk sosial, kan? Manusia membutuhkan manusia lainnya. Manusia nggak bisa hidup sendiri. So, menurut gue sangat penting untuk kita mencoba menghargai satu sama lain. Nggak usah jauh-jauh deh, coba ke teman sekitar aja. Nggak usah perbuatan yang besar juga, cukup dengan kata maaf jika salah, terima kasih jika sudah dibantu, dan kata tolong jika minta bantuin. It is so simple, right? Gue bilang kayak gini bukannya mau sok benar atau gue orang paling baik, tapi gue kepikiran aja kalau semakin lama dunia semakin tua. Orang-orang di generasi sekarang juga banyak yang pintar, sukses, sampai kadang sangat mementingkan ego tanpa mikirin orang lain. And I'm so sad to see that.  Seharusnya semakin banyak manusia yang pintar, semakin banyak juga manusia yang tau caranya beretika dan menghargai orang lain

Gue sendiri juga masih banyak dan sering melakukan kesalahan kok. Gue nggak akan munafik dengan bilang gue nggak pernah salah, gue nggak pernah kesal, atau bahkan gue juga pernah khilaf egois dan sama sekali nggak menghargai teman gue. Teman terdekat gue bahkan. Gue bukan Tuhan yang selalu benar, so gue juga sering buat kesalahan. Gue ingat waktu masa kuliah dulu, gue sering banget moody ke teman-teman gue apalagi kalau kerja kelompok. Kadang, telat sedikit aja gue udah bete dan ngediemin teman gue. I want to share my story, ini waktu masa kuliah dulu. So, dulu gue pernah ada kerja kelompok untuk bikin iklan dengan durasi 30 dan 15 detik. Gue, Niken, Yessy, Calvina, Stefie janjian di Gelora Bung Karno jam 6 pagi. Gue udah bilang sebelumnya, itu pagi bangettt dan gue yakin akan ngaret. Keesokan harinya gue bangun pagi-pagi banget sebelum jam 6, dan ternyata dugaan gue benar. Ngaret. Sampai sana gue justru kesal sama salah satu teman gue, karena apa? Karena ngaret. I know gue egois banget saat itu. Gue jutek banget dan sama sekali nggak ngomong sama dia. Padahal dia yang paling sibuk saat itu, sementara gue duduk liatin karena gue lagi moody sama dia.  Nah, disitu gue sama sekali nggak ngehargain teman gue kan?  Dia sibuk sementara gue malah ngambekin dia. Dan saat diminta bantuan pun, gue balas dengan nada jutek meskipun akhirnya gue bantu juga. Gue kayak gitu bukan cuma sekali atau dua kali, udah sering banget kayak gitu ke teman-teman gue. Fiuuhh.... untungnya mereka teman-teman gue. Jadi, meskipun sering gue jutekin, gue ngambekin, mereka tetap fine-fine aja. They know me so well kalau gue memang manja parah anaknya. Sampai saat ini, gue suka nggak enak kalau diingat-ingat. Gue merasa jahat aja udah bersikap nggak baik kayak gitu, meskipun cuma hal kecil

Ada yang bilang, terkadang hidup itu nggak perlu mikirin orang lain. I agree with that, tapi akan tetap ada batasannya. Gue akan setuju kalau ada yang ngomongin kita di belakang, dan kita nggak harus perduliin itu. It means kita selangkah di depan dia, jadi nggak perlu di perduliin. Tapi, lain hal dengan perkataan dan perbuatan. Contoh, lo nonton di bioskop dan lo duduk seenak jidat lo selama di studio. Sementara di studio itu penuh orang. It's annoying, right? Kalau dibilang, "gue kan bayar, Sar. Terserah gue dong mau ngapain." Yaa, I know it, tapi semua juga bayar. Dan dimanapun kita berada, akan tetap ada aturan yang mengharuskan kita untuk menghargai dan menghormati orang lain. Sama halnya kayak kuliah. "Gue kan bayar disini, terserah dong mau dengerin dosen apa enggak." Hmm gue nggak suka banget sih kalau ada yang kayak gini. Percaya atau nggak, gue sering banget sinisin orang pas kuliah dulu. Kenapa? Karena berisik di kelas! Hahaha. Bukannya mau sok pinter sih, tapi gue kasian sama dosen. Sebagai mahasiswa kita harus tau kan hak dan kewajiban kita apa? Memang sih mahasiswa itu bayar dan dosen itu dibayar, tapi dosen itu orang yang harus dihargai dan dihormati. Seenggakya, kalau nggak mau dengerin dosen ngomong ya jangan berisik. Main HP kek, tidur kek, atau nggak usah masuk kelas sekalian. Bukannya malah ganggu dosen dan anak-anak lainnya. Hahaha! Gue jadi nostalgia.

Dulu Juno sering ceramahin gue, kalau gue itu harus belajar untuk nggak egois. Dia tau banget kalau gue itu manja dan sedikit egois, atau mungkin bukan sedikit lagi tapi memang egois banget. Teman-teman gue juga tau itu. Keras kepala dan manja itu udah nunjukkin gue banget. Tapi, Juno sering ceramahin gue dulu untuk merubah sifat gue itu. Gue pernah cerita ke dia kalau gue pernah kehilangan teman di masa SMA. Gue kalau sahabatan sama orang memang pasti sayang banget sih. Gue akan sayang banget sama teman-teman gue kalau gue udah ngerasa klop dan anggap dia sahabat. Kayak Calvina, Yesi, Niken, Sasha, Gregy, dll..... gue nggak akan biarin satu orang pun nyakitin mereka, bahkan ngejelek-jelekin mereka. They are my friend dan gue sayang sama mereka, so I will give my best for them. Okey, lanjut ke ceramahnya Juno. So, gue pernah kehilangan teman di masa SMA. Eh, bukan pas SMA deng, tapi pas baru lulus SMA. Padahal gue kuliah di binus juga biar bisa bareng sama dia, main bareng, belajar bareng, bahkan jurusannya pun sama. Gue sayang banget sama teman gue itu, and one day gue melakukan satu kesalahan. Gue egois bangetttt sampai bilang kata-kata yang mungkin nyakitin dia. Dari situlah kita diem-dieman, dan sampai kuliah pun masih nggak bisa sedekat dulu. Meskipun dalam hati gue yang terdalam gue pengen banget sih bisa dekat kayak dulu lagi. Nah, itu akibat dari sikap gue yang sama sekali nggak menghargai orang lain, bahkan teman sendiri. That's why Juno bilang, gue harus merubah sifat gue itu supaya nggak kehilangan sahabat lagi. Juno tau gue kalau sahabatan bahkan teman dekat-an (bahasa opo toh iku), gue bisa sayang banget sama teman gue itu. Dan karena sifat jelek itu, gue akan kehilangan sahabat gue yang justru bikin gue sedih. Gue sendiri yang nanggung akibatnya kalau udah gitu. Percaya deh, kehilangan sahabat itu lebih sakit dari kehilangan pacar. Beuhhh!

So guys, cuek itu memang terkadang penting, tapi jangan sampai lupa dengan status kita sebagai makhluk sosial. Dimanapun dan kapanpun, akan selalu ada aturan yang membatasi perbuatan kita. Sebisa mungkin hargain dan hormatin orang lain, secuek apapun sifat lo. Respect others if you want to be respected. Semuanya ada timbak balik, sebab akibat. Cuek boleh, tapi jangan sampai lupa untuk menghormati dan menghargai orang lain. Ingat 3 kata ini aja. I always remember these 3 words, karena bokap gue yang dari kecil ngajarin gue untuk membiasakan diri dengan 3 kata ini. Bahkan sama tukang gorengan pun gue diajarin untuk bilang makasih setelah beli. Hahaha! So this is the 3 words:

Tolong, Terima Kasih, Maaf