27 April 2016,
"Dek, kalau nanti kamu udah kerja jangan lupa gajinya disisihin buat Aa dan Bu Tuti tiap bulannya ya," kata Mama gue tadi sore. Eh, tadi petang deng.
Aa itu guru ngaji gue waktu kecil. Sebenarnya beliau biasa dipanggil Umi sih, tapi entah kenapa dari kecil sampai sekarang gue panggil beliau Aa. Hmm mungkin bisa dibilang itu panggilan sayang gue buat guru ngaji gue itu. Dari gue umur 2 or 3 tahun, gue diajarin ngaji sama beliau sampai gue kelas 6 SD (kalo nggak salah). Nah, karena beliau gue bisa baca Al Qur'an, gue bisa tau tentang agama dan segala macamnya. Sedangkan Ibu Tuti adalah guru TK gue. Sebenarnya beliau juga masih saudara gue sih, saudara jauh. Nah, karena beliau lah gue bisa baca, nulis, ngerti huruf, angka dan segala macamnya. Gue ingat banget dulu Bu Tuti sering bilangin gue pas istirahat, "Sarah, mainnya jangan jauh-jauh ya."
Hahaha! Mungkin waktu kecil gue terbilang nakal kali ya, jadinya suka diingetin buat nggak main jauh-jauh. So, dibilang kayak gitu sama nyokap gue, gue jadi ingat jasa mereka. Sebelumnya gue biasa aja. Ketemu ya cium tangan, hormat... tapi biasa aja. Dan tadi nyokap gue pesan kayak gitu, bikin gue mikir kalau gue selama ini memang nggak pernah bahkan hampir lupa sama jasa mereka. Jasa orang yang bikin gue bisa baca, nulis, berhitung, baca Al Qur'an, tulis huruf hijaiyah dan segala macemnya. Gue selalu ingat sama Bu Lisa ( guru private matematika jaman SMA) dan Miss Indah (guru les Bahasa Inggris). Dan sekarang gue berpikir, kenapa cuma mereka aja yang gue ingat jasanya? Ada guru yang jasanya lebih besar dan tanggung jawabnya pun sangat besar, yaitu guru ngaji gue dan guru TK gue.
Gue akuin, gue ini tipe orang yang gampang sayang sama orang lain. Sama teman, bahkan sama guru-guru gue, asisten rumah tangga pun. Gue memang begitu, gampang sayang sama orang :" (dan gampang sakit hatinya). My mom is a teacher. Nyokap gue itu seorang guru SD di salah satu SD swasta, dan merangkap jadi guru private. Gue selalu kasihan sama nyokap gue karena capek-capek kerja, berangkat pagi, pulang malam bahkan kadang sampai harus begadang bikin kurikulum, kisi-kisi, dan segala macamnya. Gue suka kasihan, tapi nyokap gue nggak pernah merasa capek. I'm proud of my mom.
Kalau ngomongin masalah gaji, gaji guru sekarang berapa sih? Nggak sebesar kerja di kantor, kan? But my mom doesn't see it. Kalau nyokap gue nggak kerja pun, bokap gue masih sangat amat mampu untuk biayain keluarga. Tapi apa? Nyokap gue menjalani pekerjaannya dengan sangat senang hati, dan tanpa lihat materi. Kalau boleh jujur, gue udah sering banget bilang ke nyokap gue, "Mah, buat apa sih kerja capek-capek? Kerja dari pagi sampai siang buat uang yang nggak seberapa? Lebih enak di rumah, temenin aku di rumah."
Tapi coba tebak nyokap gue bilang apa?
"Dek, jadi guru itu bukan masalah gaji, tapi panggilan hati. Jadi guru itu bukan sekedar mengajar, tapi juga mendidik dan membentuk pribadi yang baik."
Nyokap gue selalu keras kepala mau jadi guru. Dia senang melihat anak muridnya jadi pintar, jadi punya ilmu. Yang nyokap gue harapkan dari anak muridnya cuma satu, jadi anak yang punya ilmu. Gue punya sedikit cerita, dan kalau ingat cerita ini gue terharu banget sih. Jadi, nyokap gue punya anak didik buat belajar private. Umurnya satu tahun di bawah gue, namanya Andri (cewek). Mama ngajarin Andri sejak Andri masih umur lima tahun, dan berhenti saat Andri lulus SMA. Hari terakhir Mama ngajarin Andri, Mama pulang-pulang nangis. Gue tanya dong, "Kenapa, mah?". Gue takut ada yang jahatin nyokap gue. Tapi nyokap gue bilang, nyokap gue sedih karena merasa kehilangan anak didiknya. And fyi, nyokap gue bilang kalau anak didiknya itu juga nangis dan ngebuat nyokap gue tambah sedih. Dulu gue beberapa kali ikut nyokap gue ngajar private di rumahnya, dan sempat main bareng. Anaknya emang baik banget, dan dia hormat banget sama nyokap gue sampai saat ini. Sekarang dia kuliah di Unpad dan lagi buat thesis, nyokap gue suka nanyain kabarnya dan begitupun sebaliknya. Mungkin bisa dibilang, dia murid kesayangan nyokap gue. Mungkin bisa dibilang juga, nyokap gue udah berhasil ngebentuk karakter baiknya dia. Ya, tentunya juga karena orang tuanya baik sih.
I want to say.... bahwa mendidik itu bukan sekedar mengajar. Persis kayak apa yang dibilang nyokap gue. Menjadi seorang guru itu, bukan hanya sekedar ngajarin A, B, 1, 2, 3, alif, ba, ta, tsa.... dan sebagainya. Guru itu punya tanggung jawab lebih selain mencerdaskan generasi selanjutnya, yaitu membentuk akhlak dan pribadi yang baik. Pribadi yang seharusnya. Kalau mengharapkan gaji besar, jangan jadi guru. Yaa, bisa sih dapat gaji besar tapi harus dengan berbagai syarat. Jadi PNS, lulus sertifikasi, dan lainnya. Kalau udah dapat itu semua, yaa dapat tunjangan or uang lebih juga. Tapi buat dapat hal itu nggak gampang, harus punya pengalaman mengajar dan segala macamnya. Tapi yang terpenting, guru itu selalu dipandang orang lain. Guru itu selalu terpandang atas jasanya. Kenapa kemarin gue bilang kalau gue suka sinisin mahasiswa yang ribut di kelas? Itu karena gue sangat amat menghormati guru. My mom is a teacher, so I know what teacher feels about. Tujuan mereka nggak banyak. Mereka pun nggak mengharap banyak, cuma mau anak didiknya mengerti. Gue selalu kagum sama seorang guru, karena jasanya besar banget, tanggung jawabnya besar, tapi nggak mengharapkan imbalan yang banyak dalam segi materi. And I think, naluri mendidik nyokap gue ada di diri gue. Entah kenapa gue selalu ada hasrat buat mendidik dan mengajar anak-anak. Fyi, gue pernah jadi guru TK waktu liburan UN jaman SMA yang lamaaaa banget. Dan gue akuin memang susah banget buat menghandle semua anak-anak, apalagi usianya baru sekitar 5 - 6 tahunan yang masih senang main. But I'm happy. Gue senang lihat anak-anak kecil bahagia, ketawa, main bareng. gue senang saat mereka mau nurut kata-kata gurunya, meskipun harus penuh dengan kesabaran. Gue senang saat ada yang minta ditemenin karena belum dijemput. Gue senang kalau ada yang bilang, "Bu guru, si ini nakal", "Bu guru itu namanya apa?", Bu guru ini gimana cara buatnya?"
Hahaha! Gue senang ngerasain itu semua. Meskipun capek dan harus banyak sabar, tapi ngelihat anak-anak kecil tuh rasanya tentram aja. Ketawa mereka tulus. Kata-kata mereka pun masih polos. Senang aja lihatnya. Dan yang paling penting, saat mereka sudah mulai bisa membaca bahkan satu kata aja, itu rasanya bahagia. Kayak kerja keras lo terbayar, dan termotivasi buat bikin anak-anak itu menjadi lebih cerdas.
Well, kalau kata nyokap gue sih jangan pernah mengharapkan gaji besar kalau jadi guru. Menjadi guru itu panggilan hati, punya tanggung jawab besar untuk membentuk pribadi yang bermanfaat, yang baik dan berguna untuk semua orang dan bahkan Bangsa. Besar banget, kan? Guru itu contoh untuk murid-muridnya. Jadi, kalau gurunya salah, muridnya ikut salah. That's why seorang guru itu punya tanggung jawab yang besar. So, coba ingat-ingat lagi siapa sih guru pertama kalian? Siapa sih yang selama ini pernah ngajarin kalian? Siapa sih orang yang bikin kalian bisa baca tulis dan berhitung? Kalau masih ingat, coba masukkan namanya kalau kalian sedang berdoa. Jasa mereka besar loh. Kalau nggak ingat nama, pasti masih ingat juga kan sosoknya? Coba di doain juga. Mereka punya jasa yang sangat amat besar sampai kita sekarang bisa kayak gini dan sepintar ini. So, jangan pernah lupain jasa guru kalian ya, karena mereka bukan hanya membuat kita pintar, tapi juga mendidik untuk menjadi pribadi yang baik.